Jumat, 06 Februari 2015

Sejarah Handphone

Kamis, 12 November 2009

Sejarah Handphone.

Sejarah Handphone.
Teknologi ini mulai digunakan tahun 1970 yang diawali dengan penggunaan mikroprosesor untuk teknologi komunikasi. Dan pada tahun 1971, jaringan handphone pertama dibuka di Finlandia bernama ARP. Menyusul kemudian NMT di Skandinavia pada tahun 1981 dan AMPS pada tahun 1983. Penggunaan teknologi analog pada generasi pertama menyebabkan banyak keterbatasan yang dimiliki seperti kapasitas trafik yang kecil, jumlah pelanggan yang dapat ditampung dalam satu sel sedikit, dan penggunaan spektrum frekuensi yang boros.

Di sisi lain, meningkatnya jumlah pelanggan tidak bisa ditampung generasi pertama. Selain itu, teknologi 1G hanya bisa melayani komunikasi suara, tidak seperti 2G yang bisa digunakan untuk SMS. NMT atau Nordic Mobile Telephone adalah jaringan handphone analog yang pertama kali digunakan secara internasional di Eropa Utara. Jaringan ini beroperasi pada frekuensi 450 MHz sehingga sering disebut NMT-450, ada juga NMT-900 yang beroperasi pada frekuensi 900 MHz.

Mengingat tuntutan pasar dan kebutuhan akan kualitas yang semakin baik, lahirlah teknologi generasi ke dua atau 2G. Generasi ini sudah menggunakan teknologi digital. Teknologi 2G lainnya adalah IS-95 CDMA, IS-136 TDMA dan PDC. Generasi kedua selain digunakan untuk komunikasi suara, juga bisa untuk SMS dan transfer data dengan kecepatan maksimal 9.600 bps (bit per second). Sebagai perbandingan, modem yang banyak digunakan untuk koneksi internet berkecepatan 56.000 bps (5,6 kbps). Kelebihan 2G dibanding 1G selain layanan yang lebih baik, dari segi kapasitas juga lebih besar. Karena pada 2G, satu frekuensi bisa digunakan beberapa pelanggan dengan menggunakan mekanisme Time Division Multiple Access (TDMA).

Standar teknologi 2G yang paling banyak digunakan saat ini adalah GSM (Global System for Mobile Communication), seperti yang dipakai sebagian besar handphone saat ini. GSM beroperasi pada frekuensi 900, 1800 dan 1900 MHz. GSM juga mendukung komunikasi data berkecepatan 14,4 kbps.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HANDPHONE
Sejarah GSM diawali dengan diadakannya konferensi pos dan telegraf di Eropa pada tahun 1982. Konferensi ini membentuk suatu study group yang bernama Groupe Special Mobile (GSM) untuk mempelajari dan mengembangkan sistem komunikasi publik di Eropa. Pada tahun 1989, tugas ini diserahkan kepada European Telecommunication Standards Institute (ETSI) dan GSM fase I diluncurkan pada pertengahan 1991.
Pada tahun 1993, sudah ada 36 jaringan GSM di 22 negara. Keunikan GSM dibanding generasi pertama adalah layanan SMS. SMS atau Short Message Service adalah layanan dua arah untuk mengirim pesan pendek sebanyak 160 karakter. GSM yang saat ini digunakan sudah memasuki fase 2.  Setelah 2G, lahirlah generasi 2,5 G yang merupakan versi lebih baik dari generasi kedua. Generasi 2,5 ini mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE.

Baru-baru ini, tren komunikasi seluler mulai beralih kepada generasi berikutnya yang diprediksikan akan menjadi teknologi komunikasi seluler yang menjanjikan. Generasi 3 atau 3G merupakan teknologi terbaru dalam dunia seluler. Generasi ini lebih dikenal dengan sebutan UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) atau WCDMA (Wideband - Coded Division Multiple Access). Kelebihan generasi terbaru ini terletak pada kecepatan transfer data yang mencapai 384 kbps di luar ruangan dan 2 Mbps untuk aplikasi indoor.  Selain itu, generasi ini dapat menyediakan layanan multimedia seperti internet, video streaming, video telephony, dan lain-lain dengan lebih baik. Generasi ketiga ini menggunakan teknologi CDMA yang awalnya muncul dari teknologi militer Amerika Serikat dan dikhususkan pada standar IS-95. Beberapa paten pada jaringan-jaringan yang ada sekarang yang berbasis pada teknologi CDMA dimiliki Qualcomm Inc., sehingga pembuat peralatan membayar royalti.

Teknologi CDMA membuat kapasitas suatu sel menjadi lebih besar dibanding sistem GSM karena pada sistem CDMA, setiap panggilan komunikasi memiliki kode-kode tertentu sehingga memungkinkan banyak pelanggan menggunakan sumber radio yang sama tanpa terjadinya gangguan interferensi dan cross talk. Sumber radio dalam hal ini adalah frekuensi dan time slot yang disediakan untuk tiap sel.

Sistem komunikasi wireless berbasis CDMA pertama kali digunakan pada tahun 1995 dan sampai sekarang, CDMA merupakan saingan utama dari sistem GSM di banyak negara. Pada tahun 1999, the International Telecommunication Union (ITU) memilih CDMA sebagai standar teknologi untuk generasi ketiga (3G). Varian CDMA yang banyak digunakan adalah WCDMA dan TD-SCDMA.

Pada bulan Mei 2001 sudah terdapat 35 juta pelanggan CDMA di seluruh dunia. Dan pada tahun 2003, terdapat 100 juta pelanggan yang menggunakan CDMA di seluruh dunia. Kelebihan utama yang dimiliki generasi ketiga adalah kemampuan transfer data yang cepat atau memiliki bit rate yang tinggi.

Tingginya bit rate yang dimiliki menyebabkan banyak operator CDMA dapat menyediakan berbagai aplikasi multimedia yang lebih baik dan bervariasi, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Bayangkan saja, hanya dengan sebuah handphone, kita memiliki fasilitas kamera, video, komputer, stereo dan radio. Selain itu, berbagai fasilitas hiburan pun bisa dinikmati seperti video klip, keadaan lalu lintas secara real time, teleconference, bahkan sekadar memesan tempat di restoran, cukup dengan menekan tombol di handphone.

Ketika kita duduk di rumah pun, kita masih bisa melakukan berbagai hal tanpa harus keluar ruangan, seperti mencek saldo bank, membayar SPP untuk kuliah anak-anak, memesan makanan dan lain-lain. Itu semua bukan hal yang mustahil bagi generasi ketiga.
Dalam jangka panjang, CDMA dan teknologi-teknologi lainnya seperti GSM akan dibandingkan berdasarkan pada biaya total per pelanggan dari jaringan infrastruktur dan harga pesawat telefon.Dengan 3G, komunikasi murah dan berkualitas bukan impian belaka.
Handphone Begitu populer saat ini, bahkan mulai beberapa tahun lalu, Hp atau Handphone seolah sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat indonesia, mau dagang sayur, tukang sampah, sampe anggota DPR tak ketinggalan menggunakan fasilitas yang 10 tahun lalu di anggap wah, atau barang mewah.

Selain hal yang saya sebutkan diatas, Handphone kini menjadi kebutuhan pokok orang indonesia di karenakan juga karena harga nya yang Murah, banyak Hp Murah beredar dengan kualitas yang lumayan canggih. Tapi apakah anda tau sejarah awal Hp itu ada? Berikut adalah secuil sejarah Handphone atau yang biasa di singkat Hp di indonesia.

Sejarah telepon seluler atau yang kita kenal HP, ternyata sudah ada dari jaman penjajahan, yaitu kira-kira tahun 1947 di negara paman sam alias Amrik dan Eropa sana. Pada tahun 1910 adalah cikal bakal telepon seluler yang ditemukan oleh Lars Magnus Ericsson, yang merupakan pendiri perusahaan Ericsson yang kini di kenal dengan perusahaan Sony Ericsson. Pada awalnya, orang Swedia ini medirikan perusahaan Ericsson memfokuskan terhadap bidang bisnis perlaan telegraf, dan perusahaanya juga tidak terlalu besar pada waktu itu.

Pada tahun 1921 pertama kalinya Departemen Kepolisian Detroit Michigan menggunakan teleopn mobile yang terpasang di semua mobil polisi dengan menggunakan freuensi 2 MHz.

Pada tahun 1960, di Finlandia sebuah perusahaan bernama Fennis Cable Works yang semula berbisnis dibidang kabel, melakukan ekspensi dengan mendirikan perusahaan elektronik yang bernama Nokia sebagai handset telepon seluler.

Tahun 1970-an perkembangan telepon mobile menjadi pesat dengan di dominasi oleh 3 perusahaan besar yaitu di Eropa dengan perusahaan Nokia dan rerusahaan Mototola-nya.

Pada tahun 1969, sistem telekomunikasi seluler dikomersialkan. Setelah tahun 1970, telekomunikasi seluler semakin sering dibicarakan orang. Motorola mengenalkan telepon genggam tiga tahun kemudian. Ukurannya memang cukup besar dengan antena pendek. Ada pula ponsel dengan ukuran sekoper. Dr Cooper yang menjadi manajer proyek inovasi Motorola itu memasang base station di New York. Untuk proyek ini Motorola bekerja dengan Bell Labs. Penemuan ini sekaligus diklaim sebagai penemuan ponsel pertama. Di suatu pagi 3 April 1973,Cooper, saat itu menjabat sebagai general manager pada Divisi Communication Systems Motorola mempertunjukkan cara berkomunikasi aneh dari terminal telepon portable. Dia mencoba ponsel ‘raksasanya’ sambil berjalan–jalan di berbagai lokasi di New York. Itulah saat pertama ponsel ditampilkan dan digunakan di depan publik.

Dalam pertunjukan itu, Cooper menggunakan ponsel seberat 30 ounce sekitar (800 gram) atau sepuluh kali lipat dibandingkan rata – rata ponsel yang beredar saat ini.

Demikian lah sejarah hp yang selama ini kita gunakan, kalo dulu orang memiliki hp sudah merupakan sebuah barang yang wah, tapi kini anak SD yang memiliki dua buah handphone merupakan hal yang sangat biasa. Perkembangan teknologi tak akan berhenti disini, masih banyak inovasi yang mungkin akan terus muncul pada musim-musim mendatang. Kita nantikan saja…
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sony_Ericsson
http://www.sonyericsson.com/cws/home?cc=id&lc=id
http://wawan-junaidi.blogspot.com

COMMENTS :     

Tata Surya

Tata Surya


Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarna sesuai skala, tapi jarake ora): srengenge, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake lan Eris.
Cithakan:Spoken Wikipedia

Tata Surya[a] (basa Inggris: Solar System) kuwe kumpulan benda langit sing kabangun sekang sawijining lintang sing jenenge srengenge lan kabeh objek sing kejiret nang gaya gravitasinya. Objek-objek kuwe termasuk wolung iji planet sing uwis konangan lan duwe orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami sing uwis diidentifikasi[b], lan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) liyane.
Tata Surya kebagi dadi srengenge, papat planet bagian njero, sabuk asteroid, papat planet bagian jaba, lan nang bagian paling jaba yakuwe Sabuk Kuiper lan piringan kesebar. Awan Oort diperkirakna ana nang daerah paling adoh.
Adhedhasar jarake sekang srengenge, ana wolu planet Tata Surya yakuwe Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), lan Neptunus (4.500 juta km). Awit pertengahan 2008, ana lima objek angkasa sing diklasifikasikna dadi planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, jarake lewih adoh sekang Neptunus. Kelima planet kerdil kuwe jenenge Ceres (415 juta km. nang sabuk asteroid; ganu diklasifikasikna dadi planet kaping lima), Pluto (5.906 juta km.; ganu diklasifikasikna dadi planet kaping sanga), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), lan Eris (10.100 juta km).
Enem sekang wolu planet lan telu sekang kelima planet kerdil kuwe dikelilingi nang satelit alami, sing biasa disebut "bulan" sesuai karo Bulan atawa satelit alami Bumi. Saben planet bagian jaba diubengi nang cincin planet sing ketata sekang debu lan partikel liyane.


Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :
Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] taun 1734 lan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada taun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada taun 1796. Hipotesis ini, sing lewih dikenal karo Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk sekang debu, es, lan gas sing disebut nebula, lan unsur gas sing sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi sing dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut lan berputar karo arah tertentu, suhu kabut memanas, lan akhirnya menjadi lintang raksasa (srengenge). srengenge raksasa terus menyusut lan berputar semakin cepat, lan cincin-cincin gas lan es terlontar ke sekeliling srengenge. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring karo penurunan suhunya lan membentuk planet dalam lan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar sekang planet-planet merupakan konsekuensi sekang pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin lan Forest R. Moulton pada taun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya lintang lain sing lewat cukup dekat karo srengenge, pada masa awal pembentukan srengenge. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan srengenge, lan bersama proses internal srengenge, menarik materi berulang kali sekang srengenge. Efek gravitasi lintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral sing memanjang sekang srengenge. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin lan memadat, lan menjadi benda-benda berukuran kecil sing mereka sebut planetisimal lan beberapa sing besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan sekang waktu ke waktu lan membentuk planet lan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet lan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut lintang
Hipotesis pasang surut lintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada taun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya lintang lain kepada srengenge. Keadaan sing hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi sekang srengenge lan lintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, sing kemudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys taun 1929 membantah bahwa tabrakan sing sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda sing jenenge G.P. Kuiper (1905-1973) pada taun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk sekang bola kabut raksasa sing berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis lintang Kembar
Hipotesis lintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada taun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua lintang sing hampir sama ukurannya lan berdekatan sing salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi lintang sing tidak meledak lan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke srengenge selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter lan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua teyeng dilihat karo mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri kanggo masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan lan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa menungsa kanggo memahami benda-benda langit terbebas sekang selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) karo teleskop refraktornya mampu menjadikan mata menungsa "lebih tajam" dalam mengamati benda langit sing tidak teyeng diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo teyeng mengamati lewih tajam, ia teyeng ndeleng berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap srengenge. Penalaran Venus mengitari srengenge makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa srengenge adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, sing sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah srengenge dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) sing menemukan Titan, satelit Saturnus, sing berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula karo perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit lan hubungan satu karo sing lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) karo Hukum Kepler. lan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) karo hukum gravitasi. karo dua teori perhitungan inilah sing memungkinkan pencarian lan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada sing mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa sing berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit sing mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet sing sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh karo Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya sing letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), sing juga mengelilingi srengenge. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa sing dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian sekang objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, lan [[Haumea (planet katai)|Cithakan:Mp]] (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan Cithakan:Mp cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lewih kecil sekang Pluto. lan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) sing diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lewih besar sekang Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% sekang total lan Saturnus 21%. Merkurius lan Mars, sing total bersama hanya kurang sekang 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.
Orbit-orbit Tata Surya karo skala sing sesungguhnya
Illustrasi skala
Komponen utama sistem Tata Surya adalah srengenge, sebuah lintang deret utama kelas G2 sing mengandung 99,86 persen massa sekang sistem lan mendominasi seluruh karo gaya gravitasinya.[5] Yupiter lan Saturnus, dua komponen terbesar sing mengedari srengenge, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]
Hampir semua objek-objek besar sing mengorbit srengenge terletak pada bidang edaran bumi, sing umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet lan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut sing sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet lan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi srengenge berlawanan karo arah jarum jam jika dilihat sekang atas kutub utara srengenge, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit sekang objek-objek Tata Surya sekeliling srengenge bergerak mengikuti bentuk elips karo srengenge sebagai salah satu titik fokusnya. Objek sing berjarak lewih dekat sekang srengenge (sumbu semi-mayor-nya lewih kecil) memiliki taun waktu sing lewih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek karo srengenge bervariasi sepanjang taun. Jarak terdekat antara objek karo srengenge dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh sekang srengenge dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion lan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet teyeng dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid lan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit sing sama antara satu karo lainnya. Pada kenyataannya, karo beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk sekang srengenge, semakin besar jarak antara objek itu karo jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lewih sekang Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA sekang Yupiter, lan Neptunus terletak 10,5 SA sekang Uranus. Beberapa upaya telah dicoba kanggo menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami sing disebut satelit, atau bulan. Beberapa benda ini memiliki ukuran lewih besar sekang planet. Hampir semua satelit alami sing paling besar terletak di orbit sinkron, karo satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin sing berisi partikel-partikel kecil sing mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara informal, Tata Surya teyeng dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian lan sabuk asteroid utama. Pada daerah sing lewih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri sing meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]
Secara dinamis lan fisik, objek sing mengorbit srengenge teyeng diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, lan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan sing mengedari srengenge lan mempunyai massa cukup besar kanggo membentuk bulatan diri lan telah membersihkan orbitnya karo menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. karo definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, lan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak teyeng membersihkan orbitnya sekang objek-objek Sabuk Kuiper.[8] Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit sing mengelilingi srengenge, mempunyai massa sing cukup kanggo teyeng membentuk bulatan diri tetapi belum teyeng membersihkan daerah sekitarnya.[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, lan Eris.[9] Objek lain sing mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, lan Quaoar. Planet kerdil sing memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya sing mengitari srengenge adalah benda kecil Tata Surya.[8]
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, lan batu kanggo mendeskripsi kelas zat sing terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan kanggo menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar sekang 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian lan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, lan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, sing didominasi oleh Yupiter lan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia lan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama sekang sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus lan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil sing terletak di dekat orbit Neptunus.[12]
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang sekang ratusan kelvin), sing termasuk gas lan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' teyeng ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.

Zona planet

Zona Tata Surya sing meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, lan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)
Di zona planet dalam, srengenge adalah pusat Tata Surya lan letaknya paling dekat karo planet Merkurius (jarak sekang srengenge 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) lan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km lan 12.756 km, karo massa jenis antara 3,95 g/cm3 lan 5,52 g/cm3.
Antara Mars lan Yupiter terdapat daerah sing disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal lan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), lan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian sekang kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km lan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) lan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) lan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) karo massa jenis antara 0,7 g/cm3 lan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet karo srengenge teyeng diperkirakan karo menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa sekang awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, sing membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

srengenge

srengenge dilihat sekang spektrum sinar-X
srengenge adalah lintang induk Tata Surya lan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. lintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa sing besar ini menyebabkan kepadatan inti sing cukup besar kanggo teyeng mendukung kesinambungan fusi nuklir lan menyemburkan sejumlah energi sing dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
srengenge dikategorikan ke dalam lintang kerdil kuning (tipe G V) sing berukuran tengahan, tetapi nama ini teyeng menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan karo lintang-lintang sing ada di dalam galaksi Bima Sakti, srengenge termasuk cukup besar lan cemerlang. lintang diklasifikasikan karo diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik sing menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah lintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, lintang sing lewih panas akan lewih cemerlang. lintang-lintang sing mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, lan srengenge letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, lintang-lintang sing lewih cemerlang lan lewih panas sekang srengenge adalah langka, sedangkan lintang-lintang sing lewih redup lan dingin adalah umum.[13]
Dipercayai bahwa posisi srengenge pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" sekang sebuah lintang, karena belum habisnya hidrogen sing tersimpan kanggo fusi nuklir. Saat ini srengenge tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen sekang kecermelangan sekarang.[14]
srengenge secara metalisitas dikategorikan sebagai lintang "populasi I". lintang kategori ini terbentuk lewih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lewih banyak unsur sing lewih berat daripada hidrogen lan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan karo lintang "populasi II".[15] Unsur-unsur sing lewih berat daripada hidrogen lan helium terbentuk di dalam inti lintang purba sing kemudian meledak. lintang-lintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta teyeng dipenuhi oleh unsur-unsur sing lewih berat ini. lintang-lintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan lintang baru mempunyai kandungan metal sing lewih tinggi. Tingkat metalitas sing tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis srengenge terhadap medium antarplanet.
Di samping cahaya, srengenge juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) sing dikenal sebagai angin srengenge. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) sing merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet. Badai geomagnetis pada permukaan srengenge, seperti semburan srengenge (solar flares) lan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar sekang heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral sing terjadi karena gerak rotasi magnetis srengenge terhadap medium antarplanet.[19][20] Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi karo angin srengenge. Venus lan Mars sing tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara angin srengenge lan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, sing teyeng dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya sekang sinar kosmik sing berasal sekang luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarlintang lan kekuatan medan magnet srengenge mengalami perubahan pada skala waktu sing sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22]
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan sing berisi debu kosmis. sing pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam lan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk sekang tabrakan dalam sabuk asteroid sing disebabkan oleh interaksi karo planet-planet.[23] Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, lan mungkin disebabkan oleh tabrakan sing mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum sing mencakup planet kebumian lan asteroid. Terutama terbuat sekang silikat lan logam, objek sekang Tata Surya bagian dalam melingkup dekat karo srengenge, radius sekang seluruh daerah ini lewih pendek sekang jarak antara Yupiter lan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Planet-planet bagian dalam. sekang kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, lan Mars (ukuran menurut skala)
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan sing padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai bulan lan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat sing membentuk kerak lan selubung, lan logam seperti besi lan nikel sing membentuk intinya. Tiga sekang empat planet ini (Venus, Bumi lan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor lan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi lan lembah pecahan. Planet sing letaknya di antara srengenge lan bumi (Merkurius lan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA sekang srengenge) adalah planet terdekat sekang srengenge serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami lan ciri geologisnya di samping kawah meteorid sing diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius sing hampir teyeng diabaikan terdiri sekang atom-atom sing terlepas sekang permukaannya karena semburan angin srengenge.[27] Besarnya inti besi lan tipisnya kerak Merkurius masih belum teyeng teyeng diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, lan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal srengenge.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA sekang srengenge) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). lan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat sing tebal lan berinti besi, atmosfernya juga tebal lan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lewih kering sekang bumi lan atmosfernya sembilan kali lewih padat sekang bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas karo suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca sing terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet sing teyeng mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal sekang gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA sekang srengenge) adalah planet bagian dalam sing terbesar lan terpadat, satu-satunya sing diketahui memiliki aktivitas geologi lan satu-satunya planet sing diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya sing cair adalah khas di antara planet-planet kebumian lan juga merupakan satu-satunya planet sing diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup sing menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar sekang planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA sekang srengenge) berukuran lewih keci sekang bumi lan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis sing kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars sing dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons lan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis sing terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal sekang warna karat tanahnya sing kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos lan Phobos) sing diduga merupakan asteroid sing terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Sabuk asteroid utama lan asteroid Troya
Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya sing terdiri sekang batuan lan mineral logam beku.[35]
Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars lan Yupiter, berjarak antara 2,3 lan 3,3 SA sekang srengenge, diduga merupakan sisa sekang bahan formasi Tata Surya sing gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres sing terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta lan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]
Sabuk asteroid terdiri sekang beribu-ribu, mungkin jutaan objek sing berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total sekang sabuk utama ini tidaklah lewih sekang seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid sing berdiameter antara 10 lan 10−4 m disebut meteorid.[40]
Ceres
Ceres
Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid lan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang sekang 1000 km, cukup besar kanggo memiliki gravitasi sendiri kanggo menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada taun 1850an setelah observasi lewih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada taun 2006 sebagai planet kerdil.
Kelompok asteroid
Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok lan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. Bulan asteroid adalah asteroid sing mengedari asteroid sing lewih besar. Mereka tidak mudah dibedakan sekang bulan-bulan planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama sing mungkin merupakan sumber air bumi.[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil sing berada di depan lan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan kanggo objek-objek kecil pada Titik Langrange sekang sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 sekang Yupiter, sing artinya kelompok ini mengedari srengenge tiga kali kanggo setiak dua edaran Yupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, sing banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar sekang Tata Surya terdapat gas-gas raksasa karo satelit-satelitnya sing berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, sing sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) sing lewih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya lan srengenge, berdasarkan skala
Keempat planet luar, sing disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa sing mengorbit srengenge. Yupiter lan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen lan helium; Uranus lan Neptunus memiliki proporsi es sing lewih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus sing teyeng dilihat karo mudah sekang bumi.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA), karo 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa sekang gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen lan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan lan Bintik Merah Raksasa. Sejauh sing diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat sing terbesar, Ganymede, Callisto, Io, lan Europa menampakan kemiripan karo planet kebumian, seperti gunung berapi lan inti sing panas.[44] Ganymede, sing merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lewih besar sekang Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) sing dikenal karo sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan karo Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang sekang sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet sing paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit sing diketahui sejauh ini (dan 3 sing belum dipastikan) dua di antaranya Titan lan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya sekang es saja.[45] Titan berukuran lewih besar sekang Merkurius lan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya sing memiliki atmosfer sing cukup berarti.
Uranus
Uranus (19,6 SA) sing memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet sing paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari srengenge karo bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti sing sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya lan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit sing diketahui, sing terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel lan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lewih kecil sekang Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lewih padat. Planet ini memancarkan panas sekang dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit sing diketahui. sing terbesar, Triton, geologinya aktif, lan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar sing orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, sing disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 karo Neptunus.

Komet

Komet Hale-Bopp
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat sekang es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam lan letak aphelion-nya lewih jauh sekang Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak sekang srengenge menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi lan berionisasi, sing menghasilkan koma, ekor gas lan debu panjang, sing sering teyeng dilihat karo mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang sekang dua ratus taun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit sing berlangsung ribuan taun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal sekang Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal sekang Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk sekang pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal sekang luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua sing bahan volatilesnya telah habis karena panas srengenge sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip komet sing poros semi-majornya lewih besar sekang Yupiter (5,5 SA) lan lewih kecil sekang Neptunus (30 SA). Centaur terbesar sing diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati srengenge.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring karo sebaran keluar sing bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Daerah trans-Neptunus

Plot seluruh objek sabuk Kuiper
Diagram sing menunjukkan pembagian sabuk Kuiper
Daerah sing terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri sekang dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi lan bermassa jauh lewih kecil sekang bulan) lan terutama mengandung batu lan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini kanggo daerah sing terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip karo sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 lan 50 SA, lan terdiri sekang benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper sing terbesar, seperti Quaoar, Varuna, lan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper sing berdiameter lewih sekang 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda lan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar teyeng dibagi menjadi "sabuk klasik" lan resonansi. Resonansi adalah orbit sing terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit kanggo setiap tiga orbit Neptunus atau satu kanggo setiap dua). Resonansi sing pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri sekang objek sing tidak memiliki resonansi karo Neptunus, lan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Anggota sekang sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]
Pluto lan Charon
Pluto lan ketiga bulannya
Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada taun 1930, benda ini dianggap sebagai planet sing kesembilan, definisi ini diganti pada taun 2006 karo diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat sekang bidang ekliptika) lan berjarak 29,7 SA sekang srengenge pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto sing terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto lan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, sing membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua bulan sing jauh lewih kecil Nix lan Hydra juga mengedari Pluto lan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan lan memiliki 3:2 resonansi karo Neptunus, sing berarti Pluto mengedari srengenge dua kali kanggo setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper sing orbitnya memiliki resonansi sing sama disebut plutino.[58]
Haumea lan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA) lan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur lan memiliki dua bulan. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai Cithakan:Mp lan Cithakan:Mp, pada taun 2008 diberi nama lan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lewih membujur sekang Pluto (28° lan 29°) [59] lan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian sekang kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan kesebar

Ireng: kesebar; biru: klasik; ijo: resonan
Eris lan satelitnya Dysnomia
Piringan kesebar (scattered disc) berpotongan karo sabuk Kuiper lan menyebar keluar jauh lewih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit sing tidak menentu karena pengaruh gravitasi sekang gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper lan apehelion hampir sejauh 150 SA sekang srengenge. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika lan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian sekang sabuk Kuiper lan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]
Eris
Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini lan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar sekang Pluto lan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar sing diketahui lan memiliki satu bulan Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, karo titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke srengenge) lan titik aphelion 97,6 SA karo bidang ekliptika sangat membujur.

Daerah terjauh

Titik tempat Tata Surya berakhir lan ruang antar lintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk sekang dua gaya tekan sing terpisah: angin srengenge lan gravitasi srengenge. Batasan terjauh pengaruh angin srengenge kira kira berjarak empat kali jarak Pluto lan srengenge. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium antar lintang. Akan tetapi Bola Roche srengenge, jarak efektif pengaruh gravitasi srengenge, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lewih jauh.

Heliopause

Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin sing bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma sekang medium ruang antarlintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi sing kira kira terletak di 80-100 SA sekang srengenge pada daerah lawan angin lan sekitar 200 SA sekang srengenge pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat lan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval sing dikenal sebagai heliosheath, karo kelakuan mirip seperki ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin lan berkali-kali lipat lewih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 lan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini lan memasuki heliosheath, pada jarak 94 lan 84 SA sekang srengenge. Batasan luar sekang heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin srengenge berhenti lan ruang antar lintang bermula.
Bentuk sekang ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi sekang dinamika fluida sekang interaksi medium antar lintang lan juga medan magnet srengenge sing mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara karo jarak 9 SA, lan lewih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih sekang heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma sing ditinggalkan srengenge seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa sing melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar lintang lokal karo pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade sing akan datang lan mengirim kembali data tingkat radiasi lan angin srengenge. Dalam pada itu, sebuah tim sing dibiayai NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission" sing akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort
Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa sing terdiri sekang bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi srengenge pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 taun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 taun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet sing terlempar sekang bagian dalam Tata Surya karena interaksi karo planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat lan teyeng digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi sekang laluan lintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang sing didorong Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Foto teleskop Sedna
90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto karo orbit raksasa sing sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion lan 928 SA pada aphelion lan berjangka orbit 12.050 taun. Mike Brown, penemu objek ini pada taun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian sekang piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh sekang pengaruh migrasi Neptunus. Dia lan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama sekang sebuah kelompok baru, sing mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, lan berjangka orbit 3.420 taun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses sing mirip, meski jauh lewih dekat ke srengenge. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih harus ditentukan karo pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal sekang Tata Surya kita sing masih belum diketahui. Medan gravitasi srengenge diperkirakan mendominasi gaya gravitasi lintang-lintang sekeliling sejauh dua taun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lewih besar sekang 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper lan Awan Oort, sebuah daerah sing memiliki radius puluhan ribu SA, teyeng dikatakan belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi sing sedang berjalan, sing mempelajari daerah antara Merkurius lan srengenge.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah sing belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:
Karakteristik Merkurius Venus Bumi Mars Yupiter Saturnus Uranus Neptunus
Jarak orbit (juta km) (SA) 57,91 (0,39) 108,21 (0,72) 149,60 (1,00) 227,94 (1,52) 778,41 (5,20) 1.426,72 (9,54) 2.870,97 (19,19) 4.498,25 (30,07)
Waktu edaran (tahun) 0,24 (88 hari) 0,62 (224 hari) 1,00 1,88 11,86 29,45 84,02 164,79
Jangka rotasi 58,65 hari 243,02 hari 23 jam 56 menit 24 jam 37 menit 9 jam 55 menit 10 jam 47 menit 17 jam 14 menit 16 jam 7 menit
Eksentrisitas edaran 0,206 0,007 0,017 0,093 0,048 0,054 0,047 0,009
Sudut inklinasi orbit (°) 7,00 3,39 0,00 1,85 1,31 2,48 0,77 1,77
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°) 0,00 177,36 23,45 25,19 3,12 26,73 97,86 29,58
Diameter ekuator (km) 4.879 12.104 12.756 6.805 142.984 120.536 51.118 49.528
Massa (dibanding Bumi) 0,06 0,81 1,00 0,15 317,8 95,2 14,5 17,1
Kepadatan menengah (g/cm³) 5,43 5,24 5,52 3,93 1,33 0,69 1,27 1,64
Suhu permukaan
min.
menengah
maks.

-173 °C
+167 °C
+427 °C

+437 °C
+464 °C
+497 °C

-89 °C
+15 °C
+58 °C

-133 °C
-55 °C
+27 °C


-108 °C


-139 °C


-197 °C


-201 °C

Konteks galaksi

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti
Lukisan artis sekang Gelembung Lokal
Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral sing berdiameter sekitar 100.000 taun cahaya lan memiliki sekitar 200 milyar lintang.[66] srengenge berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi sing disebut Lengan Orion.[67] Letak srengenge berjarak antara 25.000 lan 28.000 taun cahaya sekang pusat galaksi, karo kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta taun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai taun galaksi Tata Surya.[68] Apex srengenge, arah jalur srengenge di ruang semesta, dekat letaknya karo konstelasi Herkules terarah pada posisi akhir lintang Vega.[69]
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran karo kecepatan hampir sama karo lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi sing berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas sing panjang sing memungkinkan evolusi kehidupan.[70] Tata Surya juga terletak jauh sekang daerah padat lintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi lintang-lintang sing berdekatan teyeng menggoyang benda-benda di Awan Oort lan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini teyeng menghasilkan potensi tabrakan sing merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi sekang pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 taun terakhir karo melemparkan pecahan-pecahan inti lintang ke arah srengenge dalam bentuk debu radiasi atau bahan sing lewih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.[71]

Daerah lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat sekang Tata Surya adalah sesuatu sing dinamai Awan Antarlintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal sing dikenal karo nama Gelembung Lokal (Local Bubble), sing terletak di tengah-tengah wilayah sing jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir sing terdapat pada medium antarlintang, lan berukuran sekitar 300 taun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi sing mungkin berasal sekang beberapa supernova sing belum lama terjadi.[72]
Di dalam jarak sepuluh taun cahaya (95 triliun km) sekang srengenge, jumlah lintang relatif sedikit. lintang sing terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, sing berjarak 4,4 taun cahaya. Alpha Centauri A lan B merupakan lintang ganda mirip karo srengenge, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) sing mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 taun cahaya. lintang-lintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah sing dinamai lintang Barnard (5,9 taun cahaya), Wolf 359 (7,8 taun cahaya) lan Lalande 21185 (8,3 taun cahaya). lintang terbesar dalam jarak sepuluh taun cahaya adalah Sirius, sebuah lintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa srengenge, lan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih jenenge Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 taun cahaya. Sisa sistem selebihnya sing terletak di dalam jarak 10 taun cahaya adalah sistem lintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 taun cahaya) lan sebuah kerdial merah jenenge Ross 154 (9,7 taun cahaya).[73] lintang tunggal terdekat sing mirip srengenge adalah Tau Ceti, sing terletak 11,9 taun cahaya. lintang ini kira-kira berukuran 80% berat srengenge, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat sekang srengenge, sing diketahui sejauh ini adalah di lintang Epsilon Eridani, sebuah lintang sing sedikit lewih pudar lan lewih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 taun cahaya. Planet lintang ini sing sudah dipastikan, jenenge Epsilon Eridani b, kurang lewih berukuran 1,5 kali massa Yupiter lan mengelilingi induk lintangnya karo jarak 6,9 taun cahaya.[75]